Sang Pemberani itu Kini telah Tiada (in memoriam Rahmad Idris)

Catatan: Iranda Novandi
SAHABAT…
Waktu seakan begitu cepat berlalu. detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun terus berlari pada satu titik nadir. Karena itulah janji kita pada Allah, sebelum dilahirkan ke muka bumi yang fana ini.

Sabtu, 26 Agustus 2017, sekitar pukul 23.45 wib. Janji itu telah kau penuhi sahabat. Dalam kondisi mu yang terbaring sakit, malaikat maut menjemput mu, karena batas waktunya telah sampai.

Sahabatku Rahmad Idris. Banya cerita dan kenangan indah yang kita lalui bersama. Tipikal mu yang setia dan pemberani itu begitu tercermin dalam waktu yang kita lalui bersama. Dan saya yakin, begitu juga dengan sahabat mu yang lainnya.

RI, begitu saya dan teman-teman lainnya di Harian Analisa memanggilmu. RI itu, adalah kode mu dalam menulis berita di media yang selama ini menjadi ladang bagi kita. Dari awal hingga hingga akhir hayat mu pun, dikau tetap setia bersama Harian Analisa.

Sahabat ku
Sabtu itu, sekitar pukul 23.56 wib. “Bang… Bang Rahmad sudah mendahului kita. Baru saja, di RSUD Sigli,” begitu Salman yang juga seorang wartawan di Pidie, kita meyampaikan kabar duka yang teramat mendalam itu.

“Tolong … sampaikan kepada kawan-kawan lain ya Bang..,” ujar Salman mengakhiri percakapan via jaringan selular tersebut.

Sejenak aku tertegun dan diam. Innalillahi wainnailaihi raji'un... Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fu'anhu.... rasanya, baru kemarin kita bercanda, bercerita tentang banyak hal.

Pascalebaran Idul Fitri 1438 H lalu, ketika dirimu dinyatakan membaik setelah mendapat perawatan yang panjang di RS Sigli, candaan khas mu terlontar kembali. Lewat akun media sosial mu di facebook, kerap menanyakan “ kasih tau ngak ya…” atau fesbok ni kepo, mau tau aja yang aku pikirkan” begitu canda mu dalam status di fesbuk.

Aku tahu, itu hanya cara mu untuk melawan rasa sakit yang telah bertahun. Komplikasi penyakit, DM, ginjal dan jantung, telah merengut hari-hari mu untuk ceria. Dan yakinlah, itu cara Allah dan menghapus dan meringankan dosa-dosa hamba-NYA. 

“Selamat Bermalam Minggu ya…” status mu terakhir pada Sabtu, 26 Agustus 2017, menjadi ucapan terakhir mu pada kami. Ternyata, itu isyarat yang diri mu berikan, bagi kami semua sebagai salam perpisahan.

Sahabat ku
Terlalu banyak kenangan indah yang kita lalu. Satu yang teramat membekas dalam ingatan ku, saat kita baru pulang dari Markas Besar (Mabes) Analisa di Medan. Hanya, saja tak tau pasti dalam rangka apa kita ke sana.

Saat itu antara 2005-2006, kita bersama – kalau tidak salah – ada juga almarhum Helmi Azhari wartawan Harian Analisa di Bireuen menaiki mobil Feroza milik mu. Pas di perbatasan, kita di hentikan oleh orang dan di kenal di kawasan Aceh Tamiang.

Setalah laju mobil kita dihentikan, orang yang menghentikan kita itu seakan mengintrograsi kita. Banyak yang ditanyaknya. Setelah 15 terjadi dialog, akhirnya dengan sedikit seloroh diri mu mengatakan:  

“Kami ini orang Aceh,  sama tsunami aja kami ngak mati, apalagi dengan peluru, hapir tiap hari jadi makanan kami. Jadi kamu maunya apa?”. Mendengar penjelasan mu dengan logat bahasa Aceh, Pidie, orang yang menghentikan itu sekita gagap.

“Kalau ada kami uang rokok aja Tgk,” ujar seorang dari dua lelaki yang menghentikan lajut kenderaan kita saat itu.

“Bilang lah..” ujar mu sambil merogoh kantong memberi selembar uang berwarna biru. Akhirnya kitapun melanjutkan perjalanan dan sepanjang perjalanan, yang baru saja kita alami itu menjadi bahan obrolan hingga sampai ke tujuan.  

Sahabat ku
Banyak lagi kenangan yang kita lalu. Seperti saat Kongres PWI Aceh pada Desember 2015. Diri mu dan juga sejumlah teman-teman lain selalu memberi semangat pada ku. sampai-sampai diri mu pernah berujar: 

“Abang maunya gimana, main fair atau main kasar juga, biar ku mainkan”
 “Kita main fair saja, sambil menguji kesetiaan teman-teman,” ujar ku.

“Ok, sepakat,” ujar mu dan kitapun bersalaman sambil menikmati bandrek Pak Sen yang kita beli dari warung depan Kantor Perwakilan Harian Analisa di Simpang Surabaya, pada malam itu.

Ah.. terlalu banyak cerita tentang kita. Rasanya, baru saja bulan Mei lalu sahabat ku Arief Rahman pergi meninggalkan ku dan semua teman-teman selamanya. Dan pada jelang Idul Adha ini, diri mu pun ikut pergi selamanya.

Selamat jalan ri, selamat jalan teman dan sahabat ku. Semoga diri mu Husnus Khatimah. Aamiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar