Menikmati Wajah Banda Aceh dari Kapal 2.600 Ton

Catatan Iranda Novandi
KAPAL dengan berat 2.600 ton itu adalah saksi bisu akan tsunami yang pernah menerjang Aceh 26 Desember 2004. Dengan bobot yang tak ringan itu, kapal yang sempat menjadi pembangkit listrik tenaga diesel itu, kini menjadi distinasi yang selalu diminati para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Banyak cerita yang sudah ditulis banyak orang tentang ongokan besi panjang 63 meter dan luas 1.900 M2. Masing-masing menulis menurut sudut pandang masing-masing. Ya..intinya betapa dahsyadnya tsunami, hingga kapal yang sebelumnya berada di Pelabuhan Ulee Lheue yang berjarak 4 kilometer kini terdampar di Gampog (desa) Punge Blang Cut, Banda Aceh.

Begitu juga dengan tulisan ini, berawal pada pekan lalu, saya mendampingi seorang teman dari Jakarta yang berkunjung ke Aceh. Tentunya, sebagai orang luar Aceh, kapal PLTD Apung ini mejadi salah satu tujuanya.

Tulisan ini hanya sekedar mengingatkan saja. Bahwa banyak cerita tentang dahsyadnya tsunami di negeri ini. semua itu, kiranya menjadi satu kenangan, dalam setiap melangkah dewasa ini. bahwa bicara tsunami juga bisa hajat hidup para syuhada yang sahid akibatnya.

Kembali soal kapal ini, bahwa di atas bangkai kapal yang mampu menghasilkan 10 MW tenaga listrik ini, wajah ibukota Provinsi Aceh begitu jelas terhampar luas. 2/3 wajah kota yang dulunya luluh lantak akibat tsunami kini mulai tumbuh dengan rumah-rumah warga dan pepohonan rindang.

Bagi yang belum pernah naik ke atas kapal ini, cobalah sesekali berlibur bersama keluarga untuk berkunjung dan menaiki kapal ini. Banyak pelajaran yang bisa dipetik, sekaligus edukasi kebencanaan bagi anak-anak dan keluarga kita.

Para pemburu souvenir, jangan kawatir. Sebab diareal parkir situs tsunami ini banyak berdiri kios yang menjual souvenir Aceh, mulai dari baju, tas, gantungan kunci dan pernak-pernik lainnya. Bahwa ada yang menjual VCD/CD yang berisikan rekaman saat tsunami melanda Aceh 13 tahun silam.

Dulu kapal ini sangat penting peranannya bagi Masyarakat Aceh. Kapal ini di datangkan khusus guna mengatasi krisis listrik di Banda Aceh pada masa pemerintahan Aceh dijabat Gubernur Abdullah Puteh.

Saksi bisu atas besarnya bencana yang menelan korban jiwa lebih dari 240 ribu orang di Aceh ini, sebenarnya masih biasa digunakan, meskipun beberapa peralatan di dalamnya mengalami kerusakan, namun sampai saat ini beberapa elemen masih bisa dipakai sebagai pembangkit listrik untuk kota Banda Aceh.

Bila anda mengunjungi Kapal PLTD Apung, bisa melihat pemandangan kota Banda Aceh yang cukup padat dari atas kapal tersebut. Monumen Kapal PLTD Apung makin ramai dikunjungi oleh wisatawan baik lokal, nasional maupun mancanegara.

Bahkan di sisi kapal telah didirikan Monumen Edukasi Tsunami, dimana terdapat taman dan juga sejumlah foto beserta informasi mengenai musibah Tsunami yang menimpa Aceh. Monumen edukasi ini juga sebagai wahana pembelajaran bagi masyarakat, bagaimana dahsyadnya tsunami yang melanda Aceh.


Begitulah sekilas gambaraan saat ini. Jelang 13 tahun tsunami, kiranya kapal yang dibawahya terdapat rumah warga setempat, bisa menjadi renungan. Bencana adalah teguran Allah SWT, dan kita harus bisa mengambil hikmah dari yang tersirat pada peringatan Sang Khaliq tersebut.<>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar