Catatan Iranda Novandi
HARU bercampur bangga. Itulah perasaan jiwa dan getaran hati saat mendengar
kabar Sekolah Menulis LintasGayo mulai berdiri dan melakukan aksinya pada 5-6
Oktober 2017. Bagi ku istilah “Sekolah Menulis” ini lebih cenderung pada
penggunaan kata “Sekolah Jurnalistik” yang di singkat menjadi “Sejuk”.
Ya..
SEJUK LintasGAYO. Nama itu serasa lebih mengenak dengan sejuknya udara dingin
di dataran tinggi Gayo. Sejuk terasa hingga ke hati. Bahwa hakekat dari
jurnalistik itu, yang kini sebagai ilmu terapan, memang harus pada regenerasi.
Keberhasilan
sebuah media di dunia ini terletak pada regenerasi. Bukan pada upaya
pengkerdilan media. Disini para pihak harus berpikir, bahwa media harus bisa
besar dan memainkan 4 fungsinya, yakni mendidik, penyampai informasi, sosial
kontrol dan hiburan.
Dari
empat fungsi media atau pers tersebut, LintasGAYO.co menterjemahkan fungsi
mendidik itu pada makna sesungguhnya, yakni dengan menderikan sekolah menulis
atau istilah saya Sejuk LintasGAYO.
Dengan
dimotori oleh seorang tokoh muda Gayo, Khalisuddin, Sejuk ikut meramaikan
kancah pendidikan jurnalistik di Indonesia, khususnya Aceh. Khusus bagi Aceh
menurut hemat saya, ini adalah sekolah jurnalistik yang ke tiga.
Khalisuddin saat pembukan sekolah menulis LintasGAYO |
Dua sekolah jurnalistik sebelumnya yakni, Muharram Journalism College (MJC) yang merupakan sekolah jurnalistik pertama di Aceh
yang didirikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh yang diresmikan
pada 22 November 2008 oleh Bekti Nugroho dari Dewan Pers dan Debra Bucher dari
Development and Peace, lembaga nirlaba di Kanada yang mendanai kehadiran
sekolah ini.
Setelah
itu, pada 19 Agustus 2013, PWI Aceh mendirikan Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) PWI Aceh, yang diresmikan oleh Wakil Gubernur (Wagub) Aceh saat itu
Muzakir Manaf bersama Ketua Bidang Pendidikan PWI Pusat, Marah Sakti Siregar.
Dalam
rentang waktu yang hampir sama, antara pendirian MJC dan SJI PWI Aceh yang
berselah 5 tahun, Sejuk LintasGAYO hadir dengan diresmikan pada 5 Oktober 2017.
Bertepatan dengan HUT ke 72 TNI.
Pendirian
Sejuk LintasGAYO ini mengingatkan saya pada beberapa tahun silam, saat seorang
sahabat Khalisuddin yang kini menjadi Komisaris Utama dari Media LintasGAYO.co
meminta saya memberi pandangan terhadap media yang pada awalnya sebagai media
komunitas di mata saya. Karena, media itu lebih mengedepan rasa ke GAYO-an
untuk lebih memperkenalkan GAYO pada dunia.
Dalam
satu tulisan, saya menyatakan: “Sekolah Menulis itu LintasGAYO”. Dan saat ini,
mimpi yang awalnya sebagai cita-cita dari hati kecil menjadi kenyataan. Dengan
berdirinya Sekolah Menulis LintasGAYO.
Tentu
itu tak lepas dari kegigihan anak-anak muda yang berada di garda terdepan.
Sebut saja Zuhra. Gadis yang kini sedang menempuh pendidikan S2 ini, merupakan
jebolan pertama atau alumni angkatan I dari SJI PWI Aceh. Ia merupakan lulusan
terbaik pada saat itu.
Zuhra dalam aksinya |
Disamping
itu, ada anak muda yang kini dalam setatus aman mayak (pengantin baru) Darmawan
Masri. Ia kini dipercaya sebagai Pimpinan Redaksi (Pemred) di Media LintasGAYO.co.
Anak muda yang terkenal gigih ini, kerab menjadi barometer dalam dinamika media
yang dikelolanya bersama para loyalis sejati LintasGAYO.
Ada
juga Zuliana Ibrahim. Seorang penyair perempuan Aceh asal Gayo yang kini mulai
naik daun. Zuliana yag sehari-hari juga sebagai guru honorer di salah satu
sekolah di Aceh Tengah ini, kerab menjadi pembanding, dalam memberi penyegaran
untuk penggunaan Bahasa Indonesia yang baku. Hal ini tentu dengan latar
belakang yang sangat kompeten, karena ia adalah guru Bahasa Indonesia.
Ada
satu wanita lagi, dia adalah Diana Seprika Aktivis KAHMI Aceh Tengah ini
merupakan perempuan gigih dan aktif berorganisasi dan juga kerab mengadakan
aksi tentunya. Meskipun, baru di LintasGAYO, namun kontribusinya sangat
berarti.
Selain
itu ada sederetan nama lain, seperti Munawardi, Muzakir, Ria Devitariska, Supri
Ariu, Nasril, Mahbub yang juga memiliki peran penting dan mempunyai andil
tersediri dalam membangun dan membesarkan LintasGAYO ini.
Satu
yang tak bisa dipungkiri yakni tangan dingin Muhammad Syukri. Penulis buku
Hikayat Negeri KOPI ini, kerap memberikan motivasi dan semangat bagi loyalis
LintasGAYO untuk terus berkarya guna memperkenalkan GAYO ke dunia luar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar