Lintas Tengah Aceh, antara Pesona dan Nestapa

Oleh: Iranda Novandi
MENJELAJAH wilayah tengah Aceh rasanya bagai menembus waktu yang tak berujung. Jarak tempuh yang harus dilalui dari Banda Aceh, ibukota Aceh, hingga menuju Aceh Tenggara setidaknya membutuhkan waktu 14-15 jam perjalanan darat.

Jalan lintas tengah ini melintasi tujuh kabupaten mulai Aceh Besar-Pidie-Pidie Jaya-Bireuen, Bener Meriah, Aceh Tengah-Gayo Lues dan terakhir di Aceh Tenggara. Di samping rentang waktu dan jarak yang ditem­puh teramat lama dan jauh, medan yang dilalui bukanlah sesuatu yang mengenakkan.

Rentang waktu dan rentang kendali inilah yang selalu menjadi masalah besar bagi masyarakat di pedalaman lintas tengah Aceh jika ingin berhu­bungan dengan ibukota provinsi. Jalan darat adalah pilihan utama bagi masyarakat.
Danau Laut Tawar

Di Banda Aceh, Ada Keluarga yang Makan Sekali dalam Sehari

DI tengah kemajuan dan modernisasi Kota Banda Aceh, ter­nyata masih ada warga Ibukota Provinsi Aceh itu yang ma­kan satu kali sehari. Hal itu dialami keluarga pasangan Adi Saputra (28) dan Nurhayati (21) beserta dua orang anaknya.

SEJUK LintasGAYO, Mimpi yang Jadi Kenyataan

Catatan Iranda Novandi
HARU bercampur bangga. Itulah perasaan jiwa dan getaran hati saat mendengar kabar Sekolah Menulis LintasGayo mulai berdiri dan melakukan aksinya pada 5-6 Oktober 2017. Bagi ku istilah “Sekolah Menulis” ini lebih cenderung pada penggunaan kata “Sekolah Jurnalistik” yang di singkat menjadi “Sejuk”.

Ya.. SEJUK LintasGAYO. Nama itu serasa lebih mengenak dengan sejuknya udara dingin di dataran tinggi Gayo. Sejuk terasa hingga ke hati. Bahwa hakekat dari jurnalistik itu, yang kini sebagai ilmu terapan, memang harus pada regenerasi.